Kak Seto saat diwawancarai
di Polda Metro Jaya,
Jakarta Selatan, Jumat (25/8/2017)
|
LPA BEKASI.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia ( LPAI) Seto Mulyadi
mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membangun sekolah-sekolah
darurat di lokasi bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Dengan adanya
sekolah darurat anak-anak korban bencana bisa segera bersekolah kembali.
“Jangan terpaku pada pendidikan formal. Seperti yang model pendidikan yang ada
di Jakarta semacam home schooling jadi pendidikan nonformal dan informal bisa
ditempuh dalam hal ini. Sebetulnya kami yang melakukan kegiatan bermain ini
tanpa sadar memasuki garis-garis pendidikan pada anak tetapi nonformal gitu.
Suasana yang dibungkus dengan keceriaan,” kata Seto, yang biasa disapa Kak
Seto, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/10/2018) malam.
Pendidikan yang ramah anak, lanjut dia, harus mengedepankan kreativitas
dengan menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran. Menurut Kak Seto, secara
teori, jika trauma yang dialami anak-anak segera diatasi akan meminimalisasi
dampak buruk. “Mereka ibarat patung lilin ketika jatuh tidak patah, peyok-peyok
misalnya. Itu harus segera diluruskan kembali. Cepat mengalami trauma tetapi
tetap bangkit kembali manakala momentum itu tidak terlambat,” ujar Kak Seto.
Lebih lanjut, Kak Seto mengatakan, LPAI akan tetap bekerja sama dan bersinergi
dengan relawan, khususnya dari tim Layanan Dukungan Psikososial Kementerian
Sosial untuk menjalankan program trauma healing.
"Yang paling penting anak-anak diberi kegiatan, diberi suatu
kesibukan sehingga mereka tidak terus menerawang pengalaman sebelumnya yang penuh
kegetiran terus. Selalu optimistis, harapan dan itu dengan cara bermain
bersama,” kata Kak Seto. "Dalam psikologi, ada teori social learning. Jadi
belajar secara sosial anak-anak kan saling melihat ‘Lho teman saya enggak papa
sama-sama mengalami pengalaman yang sangat pahit tapi ini sudah gembira’. Jadi
saling menularkan positif tadi,” kata dia. Namun, Kak Seto mengakui, ada juga
anak-anak korban bencana di Sulteng yang membutuhkan pendekatan individual.
“Saya menemukan seorang anak yang kedua orangtuanya hilang dalam likuefaksi
itu. Tapi diajak bermain sudah bisa senyum, gembira, kekuatan dari motivasi
teman-temannya tanpa disadari," kata Kak Seto. "Jadi intinya dalam
keadaan apa pun juga bencana jangan pernah lupakan anak-anak,” ujar Seto.
Penulis : Reza Jurnaliston
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar